Workshop Komsos Dekenat Bekasi


 "Sederhana itu jenius, yang penting jelas". Hal tersebut diungkapkan Pak Eko dalam salah satu sesi acara workshop Komsos Dekenat Bekasi.  Hmm... apa makna dibalik slogan milik Pak Eko tersebut ? 

Delapan Paroki

Aula Gereja Servatius menjadi tempat terlaksananya kegiatan Workshop Komsos se dekenat Bekasi. Acara yang berlangsung pada 4 Juli 2015 tersebut, dihadiri kurang lebih 30 orang. Mereka yang hadir merupakan anggota komsos perwakilan delapan paroki di dekenat Bekasi. Delapan paroki tersebut yakni Paroki St. Arnoldus, St. Bartolomeus, St. Mikael, St. Albertus Agung, Bunda Teresa, Kalvari, Leo Agung, serta tuan rumah St. Servatius. Hanya Paroki St. Clara yang tidak menghadirkan perwakilannya.

Tiga Kata-Kata yang Paling diingat Manusia

Acara diawali dengan doa pembukaan oleh Bu Igne dari Paroki St. Arnoldus. Kemudian Mas Tomo selaku koordinator komsos dekenat Bekasi, memberikan kata pengantar yang membahas kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama tiga tahun terakhir. Romo Hari selaku ketua Komsos KAJ melanjutkan acara dengan memberikan kata sambutan. "Menurut survey, ada tiga kata-kata yang paling diingat manusia. Pertama kata-kata yang menyakiti perasaan orang lain, membuat orang lain marah. Kedua kata-kata yang berbau porno. Ketiga, kata-kata yang menghibur dan menyenangkan" ujar Romo Hari.

Beliau melanjutkan "Lihat, kata-kata yang positif menempati posisi ketiga. Kita sebagai Komsos bertanggung jawab mewartakan hal-hal baik secara intens sehingga kata-kata positif menjadi nomor satu untuk diingat manusia." Beliau juga mengharapkan partisipasi Komsos dekenat Bekasi pada acara puncak perayaan tahun syukur KAJ 2015 bulan November nanti.

Romo Kesar dari Paroki St. Albertus Agung juga turut menyampaikan sambutan. Beliau menekankan pesan dari bapak Paus, bahwa media harus ramah tamah. Artinya media mampu menyapa seluruh umat dengan berlandaskan kasih.

                           Romo Harry & Romo Kesar

Umur Koran tidak lebih dari 3 Jam

Workshop ini dibagi dua sesi dengan menghadirkan empat pembicara. Sesi pertama dibawakan oleh tiga pembicara dari tim web portal berita katolik sesawi.net. Mathias, co-founder sekaligus pemred sesawi.net yang pernah berkarya di Kompas, mengawali sesi pertama. Pengenalan mengenai sesawi.net dan alasan mengapa memilih media website   dibahas olehnya. Menurutnya, website menyediakan ruang yang lebih luas dan lebih hemat biaya dibanding media cetak. Jka ingin menambah konten di media cetak, maka akan menambah halaman dan semakin banyak kertas digunakan. Hal itu berarti menambah biaya produksi. "Koran itu umurnya tidak lebih dari 3 jam, lebih dari itu koran hanya untuk bungkus kacang." ujar Mathias. "Kalau website bisa diakses kapanpun selama internet masih ada" lanjutnya. 

Tidak Perlu Gunakan Flash

Selanjutnya Diobowo, seorang dosen IKJ, melanjutkan sesi ini dengan membahas tentang fotografi. Dalam sesi tersebut beliau menyampaikan bahwa, saat mengambil gambar sebisa mungkin tidak menggunakan lampu flash. “Gunakan saja cahaya yang sudah diberikan Tuhan, Tanpa flash, gambar akan terlihat natural. Flash hanya digunakan bila benar-benar dibutuhkan saja.” ucap Dio. Langkah-langkah pengambilan gambar dan hal mengenai komposisi juga dibahas oleh Dio.

Peserta workshop antusias menyimak penjelasan 

Gambar yang Layak

Pipit Prahoro menjadi pembicara terakhir pada sesi pertama ini. Videografi menjadi topik pembahasannya. Pipit yang pernah bergabung bersama Fuji TV dan Reuters TV ini menjelaskan bagaimana ciri-ciri gambar yang layak untuk ditayangkan. Menurutnya ada enam ciri gambar yang layak yaitu fokus, cukup pencahayaan, Audio tidak over, stabil, detail, dan cukup durasi.

Pipit menambahkan bahwa dalam mengambil gambar, alat yang digunakan bukan faktor penentu bagus atau tidaknya hasil yang didapat. Smartphone pun sudah cukup untuk mengambil gambar. Siapa orang yang mengoperasikan alat tersebut yang menjadi faktor utama. Pipit bermaksud bahwa orang tersebut harus memiliki “rasa” bagaimana mengambil gambar yang pas. Ia telah membuktikan, hanya dengan kamera pocket, film hasil karyanya bisa meraih Juara II pada ajang INMI Awards KAJ 2015.  

                                                           Mathias & Pipit

Sederhana itu Jenius

Sesi pertama berakhir dan dilanjutkan dengan makan siang. Pukul 13.00 sesi kedua dimulai. Salah satu umat Paroki St. Servatius, yakni Alouysius Eko Praptanto, menjadi pembicaranya. Pemred majalah Mogi yang berpengalaman belasan tahun di majalah bobo ini menyampaikan materi mengenai menulis. Menurutnya, menulis tidak perlu panjang-panjang. Hindari kalimat majemuk yang membuat satu kalimat menjadi panjang. Kalimat panjang justru dapat membuat pembaca “tersesat’. Demikianlah penjelasan dibalik makna kata-kata “Sederhana itu jenius, yang penting Jelas.”     

Aloysius Eko Praptanto

 

Eko menjelaskan, agar saat menulis tidak mentok karena kehabisan ide, maka kreativitas harus digali hingga diluar kelaziman. Mencari tema tulisan yang menyenangkan juga menjadi cara yang cukup jitu agar tidak mentok dalam menulis.

Setelah sesi kedua berakhir, Romo Agustinus Purwantoro selaku Romo kepala Paroki St. Servatius menyampaikan kata-kata penutup. Ia berharap semoga dengan sudah terlaksananya acara ini, komsos dapat lebih banyak mewartakan apa saja yang sudah dilakukan gereja untuk bangsa Indonesia. 

                         Romo Agustinus Purwantoro

 

(RBP/sesawi.net)

 

 

 

Woiii, umat Paroki Servatius. Kalo pada punya berita apa kek, poto apa kek, kegiatan apa kek, mao nyang lingkungan, apa nyang kategorial bisa ditongolin di media, kirim aja ke : parokisantoservatius@gmail.com