Dialog Kebangsaan: Mendorong Partisipasi Umat Katolik di Pemilu 2019
Seksi HAAK dan Kerawam Gereja Santo Servatius mengadakan Dialog Kebangsaan dengan tema “Saya Berhikmat, Pemilu Memikat. Acara ini dilaksanakan pada Minggu, 24 Februari 2019 bertempat di Aula Servatius,
Peserta yang hadir merupakan perwakilan berbagai paroki dekenat Bekasi, korling, komunitas, dan kategorial. Dialog Kebangsaan yang dimulai pukul 8.30 WIB tersebut dihadiri 3 narasumber seperti Bapak Yustinus Prastowo (pengamat politik, sosial, dan ekonomi), Bapak Andreas Yuniar (relawan relasi pemilu), dan Bapak Osbin Samosir (dewan pemilu). Selain untuk mensosialisasikan Pileg dan Pilpres, dialog ini juga memberikan wawasan kepada seluruh peserta mengenai beberapa caleg Katolik dari beberapa Dapil di Bekasi, Depok dan sekitarnya.
Kehadiran peserta langsung disuguhkan snack pagi, sementara panitia mempersiapkan acara yang dihadiri kurang lebih 190 orang. Pembawa acara memulai acara dengan mengajak peserta untuk menyanyikan lagi Indonesia Raya yang dipimpin oleh salah satu anggota WKRI Paroki Santo Servatius dan dilanjukan dengan doa pembuka.
Ucapan terima kasih disampaikan Bapak Harry selaku pengurus DPH Paroki Santo Servatius, kepada Seksi HAAK, Seksi Kepemudaan juga terhadap antusias peserta. "Apapun yang dipilih, harapannya indonesia lebih maju" ujarnya, di akhir sambutannya. Selanjutnya sambutan Romo War yang mengingatkan kita akan tokoh Mgr. Soegija yang memiliki jargon "100% Katolik 100% Indonesia".
“Pengalaman sebagai warga negara Indonesia harus pula bertolak pada pesan Injil Mat 22:21 tentang membayar pajak kepada kaisar. Keterlibatan sebagai warga negara dibuktikan ketika kita bisa menjalankan kewajiban dengan tepat dan sesuai Ardas 2019”, ujar Romo War. Kesadaran bahwa kita adalah warga negara Indonesia juga ditentukan setelah dari tempat ini.
Menurutnya berbagi cerita untuk pencerahan bagi banyak orang harus dengan tiga iklim, yaitu iklim gembira, iklim syukur, iklim terlibat (secara fisik, pikiran, dan hati) bukan fisiknya saja di aula ini tapi pikirannya kemana-mana.
Selanjutnya topik tentang "Isu Ekonomi di Pemilu 2019" yang disampaikan Bapak Yustinus Prastowo, berlangsung dengan sangat menarik. Beliau menjelaskan sikap dalam mengendalikan suatu negara yang harus seperti emas, kecil namun berbobot. Tidak perlu menjadi yang paling besar hanya untuk mengukur eksisnya saja, melainkan dapat mengubah Good menjadi Great. Beliau juga memberikan pandangan ketika manusia dihadapkan pada pilihan, "dengan memilih berarti kita perlu membandingkan, jadi jika ada orang yang tidak memilih berarti orang itu tidak memiliki akal sehat dan tidak mau terlibat" tegasnya.
Dalam sesi tanya jawab, salah satu peserta yaitu Bapak Jacob Napiun menanyakan perihal Gereja yang tidak boleh berpolitik sehingga ketika di luar terkesan bahwa orang katolik kurang militan. Menanggapi pertanyaan tersebut, Bapak Pras (begitu ia disapa) menjawab dengan tegas bahwa sebagai orang katolik perlu sedikit mengurangi aktifitas di gereja lalu aktif keluar, sehingga bisa memiliki peran sebagai orang katolik yang sesungguhnya. "Jangan cukup puas dengan harta atau kesibukan ikut kursus ini itu, aktif di gereja itu penting tapi tidak boleh juga dijadikan satu-satunya tolak ukur yang utama seorang militan katolik" tambahnya.
Pembahasan selanjutnya terkait sosialisasi pemilu (teknis), yang disampaikan oleh Bapak Andreas Yuniar . Beliau mengajak seluruh peserta untuk memastikan dengan mengecek agar terdaftar online sebagai pemilih dalam pemilu 2019. Beberapa contoh surat suara juga ditampilkan sebagai gambaran bahwa setiap orang nantinya akan menerima 5 kertas suara yaitu untuk pemilihan Presiden, DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kota. Beliau juga menyampaikan contoh kasus bahwa pernah terjadi seorang warga yang lambat mengetahui, membuatnya menjadi salah dapil ketika pelaksanaan pemilu.
Pembahasan terakhir disampaikan oleh Bapak Osbin Samosir mengenai konstruksi negara dalam pancasila. Beliau mengenang gagasan UUD 1945 yang menekankan bahwa negara harus memiliki unsur kekeluargaan. Sehingga memunculkan dampak sosial yang kuat membantu yang lemah, juga harus heterogenitas bukan homogenitas. "Mengingat raja Salomo ketika menjadi pemimpin, ia tidak meminta harta yang berlimpah melainkan kebijaksanaan dan iman kepada Allah" ujarnya sebelum ditutup dengan sesi tanya jawab.
Banyak peserta yang menanyakan hal-hal menarik dari topik yang ada dan diantaranya sangat mengapresiasi, adanya dialog kebangsaan dari narasumber yang ahli di bidangnya. Kegiatan hari ini sangat memberikan kesan positif juga saat para peserta diajak mengenal para caleg yang datang di acara ini.
Pukul 11.45 wib menuju akhir acara, panitia pelaksana memberikan tanda kasih sebagai kenangan dari Paroki Santo Servatius. Dilanjutkan ucapan terima kasih dari romo moderator HAAK, Romo Wid yang disampaikan kepada seluruh panitia dan peserta dialog kebangsaan. Maka dengan diiringi doa, foto bersama, dan makan siang menandakan selesainya acara dialog kebangsaan dan sosialisasi pemilu 2019.
Penulis: Feby Bewa
Editor: Brian Prasetayawan
Woiii, umat Paroki Servatius. Kalo pada punya berita apa kek, poto apa kek, kegiatan apa kek, mao nyang lingkungan, apa nyang kategorial bisa ditongolin di media, kirim aja ke : parokisantoservatius@gmail.com