Sedekah Bumi 2019: Menyatukan Umat, Melestarikan Budaya Betawi.


Perayaan ekaristi pada Minggu 12 Mei 2019 pukul 08.30, nampak berbeda di Gereja Santo Servatius. Altar dihias dengan dekorasi bahan hasil bumi seperti buah dan sayuran. Banyak umat hadir menggunakan baju betawi, lagu-lagu liturgi juga bernuansa betawi. Ini bukan sekadar misa inkulturasi betawi tapi terdapat perayaan sedekah bumi. Sedekah bumi merupakan acara pesta rakyat yang diadakan setiap 13 Mei. Namun, tahun ini 13 Mei jatuh pada hari Senin, maka tahun ini dirayakan tanggal 12 Mei. Acara ini merupakan tradisi masyarakat kampung sawah jaman dahulu sebagai rasa syukur atas hasil panen yang didapat. Tanggal 13 Mei dipilih karena bertepatan dengan pesta nama pelindung gereja, Santo Servatius.

Perayaan sedekah bumi kali ini mengambil tema "Sedekah bumi membawa hikmat ". Misa Inkulturasi Betawi dalam rangka perayaan Sedekah Bumi dipimpin oleh Romo Yohanes Wartaya, SJ dan Romo Ferdinandus Tuhu Jati Setya Adi, SJ . Misa dimulai dengan perarakan dan tarian yang diiringi dengan alunan lagu khas betawi. Misa semakin kental akan nuansa betawi dengan iringan gambang kromong dan juga karena persembahan dibawakan dengan tarian dan bawaan hasil bumi yang dipikul sebagai wujud atas syukur yang dirayakan dalam tradisi Sedekah Bumi.

Dalam khotbahnya, Romo Wartaya menceritakan sedikit tentang sejarah tradisi sedekah bumi yang dimulai sejak tahun 1935. Tradisi yang terus berkembang hingga tahun ini,  tidak dapat dilepaskan akan nilai syukur dan keterlibatan yang membawakan kegembiraan untuk seluruh umat. Dalam lingkup yang paling kecil seperti keluarga, Romo juga mengajak umat untuk meneladani Yesus sebagai sang gembala baik yang bertanggung jawab (Mazmur 23). Keteladanan Yesus tersebut dapat diterapkan dalam  membangun relasi antar anggota keluarga dengan dasar kepercayaan dan ketekunan. karena biasanya orang akan merasa terancam dahulu lalu bertekun. Romo Wartaya menutup khotbah dengan mengingatkan akan minggu panggilan agar tetap setia dalam pilihan hidup yang ditentukan. "Ingin SJ selamanya, jomblo atau berkeluarga" candanya. 

Sebelum berkat penutup, ketua panitia mengungkapkan harapan dari acara yang akan berlangsung setelah misa kedua.” Saya ingin mangajak untuk gembira, bersyukur dan terlibat aktif dalam acara sedekah bumi.” ujar Adrianus Wisnu Kurniawan, ketua panitia sedekah bumi 

Dalam kesempatan yang berbeda, Pria yang akrab disebut Wisnu tersebut juga menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan terkait sedekah bumi tidak hanya berupa pesta rakyat di area gereja. “Paroki Santo Servatius sebagai bagian dari KAJ turut menjalani tahun berhikmat. Maka salah satunya kita mengadakan kerja bakti membersihkan makam, sehingga kita berkontribusi untuk masyarakat luas juga.”

Setelah misa, umat menikmati pesta rakyat sedekah bumi. Setiap lingkungan diberi tempat untuk menyediakan makanan tradisional dan minuman yang sudah ditentukan panitia. Makanan tersebut boleh diambil gratis oleh seluruh umat. Selain menikmati makanan tradisional terdapat juga rangkaian acara hiburan. Namun terdapat hal yang berbeda. Biasanya acara diadakan di halaman depan gereja. Namun untuk tahun ini diadakan di Amfiteater yang berada di belakang gereja untuk menghormati umat muslim yang sedang berpuasa.

Ada satu hal lain yang menjadi kekhasan sedekah bumi yaitu ngaduk dodol. Ngaduk dodol merupakan proses dalam pembuatan dodol betawi. Kegiatan ngaduk dodol ini cukup menyita perhatian karena menggunakan kuali dan alat aduk yang besar. Memasaknya juga secara tradisional yaitu tungku kayu bakar.  Beberapa umat hingga romo paroki tertarik untuk mencoba ngaduk dodol. Kegiatan membuat dodol ini selalu ada dalam perayaan sedekah bumi.

Bapak Wisnu, ketua panitia acara sedekah bumi, menjelaskan bahwa orang-orang yang melakukan pembuatan dodol ini adalah umat asli betawi yang mengerti cara memasaknya. Hal tersebut ditegaskan oleh Martin napiun, umat paroki asli betawi kampung sawah. “Kami dari keluarga besar Napiun, ada juga dibantu teman-teman. Kami juga memiliki riwayat setahun sekali sering mengadakan ini (pembuatan dodol).”. Lebih lanjut Bapak Martin menjelaskan nilai-nilai yang didapat dari proses membuat dodol. “Kami bergotong royong, menikmati bersama-sama, disitu ada unsur persaudaraan. Meskipun kalau dilihat hasilnya mungkin hanya sekadar dodol, Tapi prosesnya yang memerlukan waktu lama, kesabaran, kemudian ketelitian, kerjasama. Seperti ini kan jika ada yang capek, kita merespon bergantian. Kita senang banyak yang ingin mencoba mengaduk dodol.”

Tantangan dalam membuat dodol adalah, proses mengaduk dodol yang harus selalu berjalan tanpa boleh berhenti. Pak Martin mengungkapkan hal itu memiliki filosofi yaitu dalam hidup harus terus berjalan, tidak boleh menyerah.”

Proses membuat dodol juga dijelaskan Bapak Martin. “Prosesnya kita sudah mulai dari kemarin sore bikin adonan, bikin tepung, bikin santan. Bahan yang tidak bisa tergantikan adalah tepung beras. Harus dari beras asli yang harus dibuat sendiri hingga menjadi tepung beras. Dodol ini bisa awet lama sampai berbulan-bulan tanpa bahan pengawet. Maka ada filosofinya juga bahwa sesuatu yang dibuat melalui proses lama yang menuntut kesabaran serta disikapi dengan perilaku yang manis akan menghasilkan sesuatu yang memuaskan (awet)”

Keceriaan Ngaduk Dodol

                                                             Keceriaan Ngaduk Dodol

 

Dodol sendiri memiliki makna yaitu bahwa suatu kebersamaan dalam hubungan bermasyakarat harus kenyal (lengket) dimana satu dengan yang lain memiliki kedekatan secara lahir dan batin tanpa memandang suku, agama dan ras. 
Rasa dodol yang manis artinya kebaikan-kebaikan yang kita berikan kepada orang lain harus diwujudkan secara manis tanpa ada unsur saling menyakiti, menghina serta kedengkian. 

Acara sedekah bumi juga dihadiri tamu undangan dari lintas agama. Kurang lebih 10 orang dari tokoh muslim dan Kristen Protestan hadir dalam acara ini. Mereka mengungkapkan kesan terkait acara ini. “Acara Sedekah Bumi adalah acara yang sangat menarik  yaitu agar  sekat perbedaan agama bukan berarti malah membuat kita semakin jauh kemudian malah membuat kita saling bermusuhan dan sebagainya karna agama adalah keyakinan individu. Namun untuk menjaga kesatuan dan persatuan itu adalah kewajiban setiap warga negara.” Ujar KH Muqorrobin dari pesantern Al-Aziz.

Sebelum puasa beliau juga mengundang Romo War dan Romo Wid serta teman-teman dari Servatius untuk hadir ke pesantrennya , yang mana ini merupakan contoh perwujudan sikap toleransi antar umat beragama.

Ia juga berharap agar untuk kaum muda bisa lebih giat lagi menanamkan kedamaian kepada teman-temannya terutama kepada yang lebih muda. ”Harapan kami yaitu hal ini untuk bisa dinanamkan kepada generasi muda , untuk bisa dikembangkan lebih giat karena sebenarnya musuh yang kita hadapi itu tidak akan pernah tidur padahal kita sedang tidur jadi tidak boleh lengah , tidak boleh merasa terlena karena dari waktu kewaktu mereka senantiasa menggerogoti kita , mengancam bagaimana supaya isu agama ini dikemas dengan berbagai macam cara untuk menebar kerusakan dimuka bumi.”tutupnya

Menjelang berakhirnya acara sedekah bumi, Para tamu undangan dari lintas agama berdiri bersama di panggung untuk foto bersama. Setelah itu terdapat penyampaian doa yang dibawakan tiga tokoh agama secara bergantian yaitu katolik, protestan, dan muslim. Ketiganya berdoa memohon perdamaian .

 

Lihat lebih banyak foto dokumentasi kegiatan ini di: www.facebook.com/groups/parokiservatius

Lihat video ulasan kegiatan sedekah bumi 2019 di https://www.youtube.com/watch?v=8OGkjs4kbKM

Woiii, umat Paroki Servatius. Kalo pada punya berita apa kek, poto apa kek, kegiatan apa kek, mao nyang lingkungan, apa nyang kategorial bisa ditongolin di media, kirim aja ke : parokisantoservatius@gmail.com