Berbagi Kasih Melalui Khitanan Massal


Seksi Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Sub bidang kesehatan mengadakan Khitanan massal yang diadakan pada Minggu 30 Juni 2019 di Aula Servatius.  Kegiatan ini merupakan program rutin tahunan yang sebelumnya sudah dua kali dilaksanakan. Acara ini diadakan  untuk menjalin kebersamaan, persatuan, dan tali persaudaraaan antar agama, meningkatkan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar, dan mengajak anak-anak hidup sehat sejak dini.

Peserta khitanan massal tidak hanya untuk umat katolik paroki ini, tapi juga terbuka untuk masyarakat umum (lintas agama).  Terdapat 85 anak yang ikut serta. Jumlah tersebut meningkat dibanding tahun sebelumnya yang diikuti kurang lebih 60 anak. Dari 85 anak  tersebut, sebanyak 39 anak berasal dari Gereja Santo Servatius, enam anak dari paroki lain, 32 anak dari beberapa gereja protestan yaitu Gereja Angowuloa Masehi Indonesia Nias, GKI Kwitang, Gereja Petra, GKJ Pondok Gede, dan Gereja Kristen Pasundan. Kemudian delapan anak dari umat Muslim. Menjelang pukul 08.00, peserta ditemani orang tua sudah memenuhi area ruang tunggu klinik paroki.

Dalam sambutannya, Romo Wartaya menjelaskan bahwa gereja ingin berpartisipasi untuk menghadirkan kasih kepada saudara-saudari yang juga berbeda agama, karena kita juga toleran satu sama lain. Romo Wartaya juga mengungkapkan kegembiraan terhadap acara ini. “Saya merasa gembira bisa mendukung kegiatan ini, semoga bisa menjadi kegiatan yang berkelanjutan karena ternyata dibutuhkan oleh masyarakat”. Kemudian Romo Wartaya menyampaikan pesan. “Kalau saya biasanya ada tiga suasana yang perlu kita ciptakan. Pertama suasana gembira. Lalu berterima kasih. Kita berterimakasih karena kita satu dengan yang lain bisa melayani, ada ruangan yang tersedia, ada panitia yang menyiapkan. Ketiga terlibat. Kita semua terlibat baik orang tua maupun anak-anak. Ini merupakan suatu yang patut disyukuri karena anak didukung orang tua. Semoga kegiatan ini menjadi wujud nyata yang menjadi semangat kita bersama yaitu menghadirkan kasih di tengah masyarakat.”

Koordinator Bidang Pelayanan, Thribuana, turut menyampaikan sambutan. Ia menyampaikan pentingnya sunat. “Bagi umat muslim, ini merupakan hal wajib yang dilakukan. Untuk orang kristiani bagian dari menjaga kesehatan”. Gelak tawa terdengar ketika Pak Tri menyampaikan harapannya agar acara ini berjalan lancar. “Semoga nanti tidak ada yang rewel, tidak ada nanti yang lari atau kabur”

Pada acara ini hadir pula Ustad Muqorobbin dari Pesantren Al Azis. Kehadirannya sebagai bentuk dukungan terhadap acara ini dan mendoakan untuk kelancaran khitan bagi anak-anak yang beragama Muslim. Dalam sambutannya, Beliau menyisipkan pesan toleransi dan sikap beragama yang semestinya “Agama adalah untuk mengatur yang morat marit atau kacau. Jangan sampai agama diartikan pengakuan tersuci kemudian menganggap yang lain salah. Pak Ustad juga memberi semangat kepada peserta dari umat muslim. “Ini adalah salah satu kegiatan yang positif. Bagi yang Muslim tidak perlu takut masuk area gereja. Kita bisa saksikan Paus ke Emirat Arab, Lalu Bu Dewi, seorang gusdurian, bersalaman dengan Paus. Ini yang harus kita jaga, meneruskan nilai perjuangan Gusdur. Agama untuk perdamaian.”    

Setelah penyampaian sambutan-sambutan, pelaksanaan khitan dimulai. Tim Klinik Paroki menyediakan tujuh ranjang. Maka tujuh anak pertama dipanggil untuk melaksanakan khitan.

Ditengah berlangsungnya kegiatan khitan ini, Dr Adria selaku ketua panitia, menjelaskan kepada Tim Komsos tentang alasan kegiatan ini diadakan. “Awalnya kegiatan ini tercetus spontan saja karena ada hari-hari libur (masa liburan sekolah) dan kami lihat banyak orang berminat namum kemampuan ekonominya sulit. Selanjutnya kami didukung sekali oleh dewan paroki dan Romo. Dr Adria terkesan dengan pesan romo. “Tolong kamu ciptakan ini sebagai wajah pelayanan katolik di sekitar kita. Jadi kami tertantang sehingga kegiatan ini dibuat rutin setiap libur sekolah.”

Dr Adria juga menjelaskan beragam latar belakang petugas medis yang hadir.“Ada yang dari Rumah Sakit Carolus, ada juga dari Kristen Protestan dan juga muslim”. Hal tersebut menunjukkan keberagaman pada acara ini baik dari sisi peserta maupun petugas medisnya. Peserta yang ikut kegiatan ini membayar dengan harga yang sangat jauh lebih murah. “Peserta hanya membayar 75.000 sudah dapat. obat, sarung, snack, dan celana batok. Kami juga menyediakan waktu hari rabu (3/7)  bagi yang bermasalah. Kami ada grup whatsapp, mereka bisa menghubungi dahulu disitu. Kalau tidak bermasalah bisa kontrol di hari Minggu.” kata Dr Adria.

 

Brian Prasetyawan

Woiii, umat Paroki Servatius. Kalo pada punya berita apa kek, poto apa kek, kegiatan apa kek, mao nyang lingkungan, apa nyang kategorial bisa ditongolin di media, kirim aja ke : parokisantoservatius@gmail.com